8 Larangan Bagi Perempuan Haid dan Nifas

Ang Rifkiyal

Haid dan nifas merupakan kondisi alami yang terjadi pada seorang perempuan. Setiap perempuan pada umumnya akan mengalami haid. Dan setiap perempuan yang baru selesai melahirkan pada umumnya akan mengalami nifas.

Haid dan nifas adalah kondisi keluarnya darah dari vagina seorang perempuan. Biasanya, keluarnya darah haid terjadi dalam jangka waktu tertentu yang rutin setiap bulan. Sedangkan darah nifas terjadi pada seorang perempuan yang baru melahirkan dalam waktu tertentu.

Bagi perempuan yang sedang dalam masa haid dan nifas, ada hal-hal yang dilarang dan diharamkan untuk dilakukan. Berdasarkan kitab-kitab fiqih madzhab Syafi’i, sebagaimana disebutkan Al-Qadhi Abu Syuja dalam Kitab At-Taqrib, ada 8 perkara yang diharamkan karena haid dan nifas.

ويحرم بالحيض والنفاس ثمانية أشياء: الصلاة والصوم وقراءة القرآن ومس المصحف وحمله ودخول المسجد والطواف والوطء والاستمتاع بما بين السرة والركبة

“Haram 8 perkara sebab haid dan nifas. Sholat, puasa, membaca Alquran, menyentuh dan membawanya, masuk ke masjid, thowaf, bersetubuh, dan bersenang-senang dengan perkara-perkara qntara pusar dan dengkul.”

8 Hal yang Dilarang Bagi Perempuan Haid dan Nifas

1. Shalat

Sholat Wanita yang sedang haid dan nifas diharamkan untuk melaksanakan sholat baik itu sholat wajib maupun sholat sunnah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW,

إِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ وَصَلِّي

“Jika haid datang, maka tinggalkanlah shalat. Dan jika haid telah selesai, maka basuhlah darah itu dari dirimu (bersucilah) dan laksanakanlah shalat.” (HR. Al-Bukhari)

Dan tidak diwajibkan untuk mengganti (qadla) sholat yang tertinggal selama masa haid nifas. Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan oleh siti Aisyah r.a.,

كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ

“Kami pernah mengalami haid pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah suci, beliau menyuruh kami untuk mengganti puasa dan tidak menyuruh kami untuk mengqadla shalat.” (HR. Nasai)

2. Puasa

Puasa diharamkan bagi perempuan yang sedang haid dan nifas. Adapun dalilnya adalah mafhum dari hadits Aisyah di atas dan juga Ijma terhadap haramnya berpuasa bagi perempuan yang sedang haid dan nifas.

Namun, setelah suci dari haid dan nifas, diwajibkan untuk mengganti (qadla) terhadap puasa wajib yang tertinggal. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah yang telah disebutkan di atas.

Dalil lainnya atas haramnya berpuasa bagi perempuan haid dan nifas yaitu jawaban Rasulullah terhadap seorang perempuan yang bertanya tentang kurangnya agama bagi perempuan,

عن أبي سعيد رضي الله عنه: أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال في المرأة وقد سئل عن معنى نقصان دينها: أَلَيْسَ إذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ؟

Dari Abu Said r.a. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda kepada seorang perempuan yang menanyakan pada beliau tentang makna kurangnya agama bagi perempuan. “Bukankah jika perempuan haid, ia tidak shalat dan berpuasa?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Membaca Al-Qur’an

Bagi perempuan haid dan nifas diharamkan membaca Al-Qur’an. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW,

لاَ يقْرَأ الجُنُبُ وَلاَ الحَائِضُ شَيْئًا مِنَ القُرْآنِ

“Perempuan haid, dan junub tidak boleh membaca sedikitpun dari Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)

Membaca disini maksudnya mengucapkan dengan sengaja ayat-ayat al-Quran. Baik itu membaca atau pun murajaah tanpa melihat Al-Qur’an.

4. Menyentuh dan Membawa Al-Qur’an

Sebagaimana sudah diketahui, bahwa al-Quran hanya boleh dipegang dan disentuh oleh orang-orang yang sudah bersuci. Baik dari hadats besar maupun hadats kecil. Allah SWT berfirman:

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al-Waqi’ah: 79)

Rasulullah SAW juga bersabda:

لا يمس القرآن إلا طاهر

Artinya, “Hanya orang yang sucilah yang boleh menyentuh Al-Qur’an.” (HR Ad-Daruquthni)

Sebagaimana kita tahu bahwa haid dan nifas adalah kondisi dimana seorang perempuan memiliki hadats besar. Sehingga haram bagi mereka menyentuh dan memegangnya.

Ketika menyentuh saja tidak boleh, maka memegang dan membawanya apalagi. Namun para ulama berpendapat apabila Al-Qur’an tersebut berada dalam tas atau peti yang kita bawa, maka membawa tas yang ada Al-Qur’annya tersebut diperbolehkan, selagi dengan tujuan tidak mengkhususkan membawa al-Quran.

5. Masuk Mesjid

Perempuan haid dan nifas diharamkan masuk masjid. Termasuk jika sampai duduk, berdiri, atau mondar mandir di dalam masjid.

Sebagaimana orang junub yang juga diharamkan masuk masjid, perempuan yang sedang haid dan nifas pun demikian. Terlebih hadats atau kotoran haid dianggap lebih berat ketimbang junub. Rasulullah SAW bersabda:

لَا أُحِلُّ المَسْجدَ لِحَائضٍ وَلَا لِجُنُب

Artinya, “Tidak aku halalkan masjid bagi perempuan haid dan orang junub.” (HR. Abu Daud)

Namun jika masuknya hanya lewat sebentar saja, para ulama berpendapat boleh. Karena yang sering jadi perdebatan di kalangan ulama tentang haramnya perempuan haid dan nifas masuk masjid adalah jika ditakutkan darahnya berceceran dan mengotori masjid.

Jika dirasa beresiko adanya darah yang dapat berceceran, maka haram masuk masjid meski hanya lewat sebentar. Namun jika dirasa aman, maka yang haram hanya jika sampai berdiam diri atau mondar mandir, namun tidak haram jika hanya lewat sebentar. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh siti Aisyah,

قال لي رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ”نَاولِيني الْخُمْرَة مِنَ المَسْجدِ” . فَقُلْتُ: إنَّي حَائِضٌ، فقال:” إنَّ حَيْضَتَكِ لَيْسَتْ في يَدِكِ

Rasulullah berkata padaku, “ambilkan untukku sjadah di masjid!”. Lantas aku berkata, “Sesungguhnya aku sedang haid”, dan Rasul berkata, “Sesungguhnya haidmnu tidak di tanganmu.” (HR. Muslim)

6. Thowaf

Perempuan haid dilarang untuk melaksanakan thowaf. Rasulullah SAW pernah berkata pada Aisyah r.a. saat sedang haid ketika berhaji,

افعَلِي مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِى

Artinya: “Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR Bukhari).

7. Bersetubuh

Dalil larangan bersetubuh dengan istri yang sedang haid sebagaimana dalam Al-Qur’an,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

8. Bermesraan dengan Bagian Tubuh Antara Pusar dan Lutut

Haram bagi seorang perempuan haid dan nifas untuk bersenang-senang dengan bagian tubuh antara pusar dan dengkul kaki. Tentunya, ini menjadi haram pula bagi suami bila bermesraan, bersenang-senang, dan bersentuhan kulit dengan syahwat di bagian tubuh istri antara pusar dan lutut.

Abdullah bin Sa’ad pernah bertanya kepada Nabi saw. “Apa yang halal untukku ketika istriku haid?, beliau menjawab:

لَكَ مَا فّوقَ الإِزَارِ (رواه ابو داود)

“Halal untukmu apa yang ada di atas sarung.” (HR. Abu Daud).

Dan anggota yang ditutup sarung pada umumnya adalah antara pusar dan lutut.

Itulah 8 larangan bagi wanita haid dan nifas, yang tentu haram bila dilakukan. Wallahu a’lam.

Ang Rifkiyal, pengasuh Pondok Pesantren Darul Faroh Sindangkerta, ketua MDS Rijalul Ansor Bandung Barat 2023-2027.

Bagikan ke: