Pengertian Isim, Contoh dan Cirinya – Ilmu Nahwu

Ang Rifkiyal

Pengertian isim dalam nahwu
Dalam postingan kali ini, kita akan membahas pengertian isim dan ciri-cirinya dalam ilmu nahwu. Skema pembahasannya kita susun sebagai berikut:

1. Pengertian Isim

Isim (الإِسْم) dalam ilmu nahwu diartikan sebagai berikut:

الاِسْمُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّت عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَلَمْ تُقْتَرَنْ بِزَمَن وَضْعًا

Artinya, “isim adalah kata yang menunjukkan pada makna tersendiri dan tidak disertai dengan status waktu”.

Dari pengertian di atas, setidaknya ada 3 poin pokok yang harus kita pahami, dan ini penting.

  • Pertama, isim merupakan kalimah (كَلِمَةٌ). Karena kalimah itu ada tiga, yaitu isim (الاِسْمُ), fi’il (الفِعلُ) dan haraf (الحَرْفُ).
  • Kedua, isim menunjukkan pada makna tersendiri. Hal ini menjadi pembeda dengan haraf (الحَرْفُ) yang tidak memiliki makna tersendiri.
  • Ketiga, isim tidak disertai status waktu. Hal ini menjadi pembeda dengan fi’il (الفِعلُ) yang harus selalu ada status waktunya.
Nah, itulah pengertian isim yang masyhur di kalangan ulama ahli nahwu. Jika kita analogikan dengan tata bahasa indonesia, isim itu semacam kata benda, meskipun memang tidak sama persis.
Untuk lebih memahaminya, coba simak contoh yang dijelaskan di bawah.

 

2. Contoh Isim

Adapun contoh isim misalnya,

كِتَابٌ
Dibaca: Kitaabun
Artinya: Buku

Kata kitaabun (كِتَابٌ) merupakan isim. Hal ini sesuai dengan pengertian yang telah diuraikan di atas.

Pertama, kitaabun (كِتَابٌ) merupakan sebuah kalimah, atau sebuah kata.

Kedua, kitaabun (كِتَابٌ) sudah memiliki arti tersendiri, yaitu buku. Beda dengan haraf yang belum punya arti apabila belum menempel dengan kalimah lain. Contoh haraf, misalnya lam (ل). Lam (ل) belum punya arti, dan baru punya arti bila sudah menempel dengan kalimah lain. Bila sudah menempel dengan kalimah lain, baru akan ketahuan apakah artinya untuk, karena, seperti, hendaknya, milik, maka, dll. Kalau hanya lam (ل) saja bingung mau diartikan apa?

Dan ketiga, kitaabun (كِتَابٌ) tidak memerlukan status waktu. Karena status waktu hanya cocok untuk fi’il (kata kerja).

Status waktu itu ada 3, yaitu yang berarti “akan”, “sedang” dan “telah”.

Coba saja kita masukan status waktu pada buku yang merupakan isim, misalnya “sedang buku”, “akan buku” dan “telah buku”, aneh bukan? Karena status waktu hanya cocok untuk sesuatu yang merupakan fi’il (kata kerja) misalnya sedang memukul, akan memukul, telah memukul.

3. Ciri-Ciri Isim

1. Adanya tanwin, contohnya:

رَجُلٌ

Kalimah رَجُلٌ merupakan isim, cirinya dibaca tanwin pada harakat akhirnya. Setiap kalimah yang harakat akhirnya dibaca tanwin, baik tanwin fathah ( ـً ), kasrah ( ـٍ ) maupun dlommah ( ـٌ ), maka itu adalah isim.

2. Adanya alif lam (ال), contohnya:

المَالِكُ

Kalimah المَالِكُ  merupakan isim, cirinya diawali dengan alif lam (ال). Setiap kalimat yang diawali oleh alif lam (ال) maka itu adalah isim.

3. Didahului oleh haraf jar, contohnya:

عَلَى الأَرْضِ

Kalimah الأرض merupakan isim, cirinya di masuki haraf jar على.

Haraf jar merupakan haraf yang biasa memasuki kalimah isim. Kenapa dinamakan haraf jar? Karena isim yang sudah dimasuki oleh haraf ini i’robnya menjadi khofadl (jar).

4. Didahului oleh ya (يا) nida, yaitu ya (يا) yang berfugsi untuk menyeru, contohnya:

يَا مُحَمَّدُ

Kalimah مُحَمَّدُ merupakan isim, cirinya dimasuki oleh ya (يا) nida.

5. Digunakan sebagai rangkaian idlofat, atau semacam kata majemuk. Contohnya:

كَلَامُ اللَّهِ

Kalimah كَلَامُ dan kalimah اللَّهِ merupakan isim. Cirinya yaitu bisa dirangkaikan (idlofat).

Demikianlah pembahasan sederhana tentang pengertian isim, contoh dan ciri-cirinya. Semoga bermanfaat dan dapat membantu memudahkan pemahaman kita yang baru belajar bahasa arab khususnya ilmu nahwu.
Penulis: Ang Rifkiyal
Artikel lengkap tentang bahasa arab di bahasaarab.id

Bagikan ke: